Arthur
Schopenhauer lahir pada 22 Februari 1788 di Danzig, Polandia. Kedua
orang tuanya, Heinrich Floris Schopenhauer dan Johanna Schopenhauer,
adalah keturunan orang kaya Jerman dan keluarga bangsawan. Arthur
Schopenhauer tumbuh menjadi salah satu pesismis terbesar dalam sejarah
filosofi karena Orangtuanya tidak memperhatikannya. Setelah kematian
ayahnya yang bunuh diri, Arthur diwarisi kekayaan yang menjamin bahwa ia
tidak perlu lagi bekerja. Lalu ia dikirim ke London untuk mempelajari
bahasa Inggris di sekolah asrama Eagle House di Wimbledon.
Pada tahun
1809, Schopenhauer kuliah dan menjadi mahasiswa di Universitas Göttingen
untuk mempelajari Metafisik dan Psikologi di bawah pengajaran Gottlob
Ernst Schulze (1761-1833). Schulze mendorong Schopenhauer untuk
mempelajari lebih dalam mengenai pemikiran Plato dan Immanuel Kant. Pada
tahun 1811 sampai tahun 1812, dia mengikuti kuliah dari Johann Gottlieb
Fichte, seorang filsuf terkemuka dan dari seorang teolog Friedrich
Schleiermacher.
Pemikiran
Schopenhauer banyak dipengaruhi oleh pandangan Buddha dan filsuf Imanuel
Kant. Kekagumannya terhadap kedua tokoh tersebut sangat besar, sampai
di ruang kerjanya dipasang patung kedua tokoh tersebut.
Di antara tahun 1814-1815 Schopenhauer pindah ke Dresden dan menulis beberapa tesis. Salah satu tulisan yang disebutnya sebagai mahakarya diselesaikan pada tahun 1818 adalah The World as Will and Representation. Sayangnya buku-buku Schopenhauer tidak laku terjual.
Tahun 1820
Schopenhauer memberikan kuliah filsafat mengenai teori esensi dunia dan
pikiran manusia. Hanya lima orang yang mengikuti kuliahnya, sehingga
akhirnya Schopenhauer dikeluarkan dari akademi tersebut.
Schopenhauer
pernah menjalin hubungan dengan Caroline Medon selama 10 tahun, tapi
Schopenhauer tidak pernah berminat untuk meresmikan hubungan itu.
Belakangan saat usia 43 tahun, ia mulai memikirkan pernikahan dan
mendekati Flora Weiss, namun tidak berhasil. Setelah kegagalan-kegagalan
yang dialaminya, Schopenhauer memutuskan untuk pindah ke sebuah
apartemen di Frankfurt pada tahun 1833.
Tahun 1851 Schopenhauer mencapai puncak ketenarannya setelah buku kumpulan esainya diterbitkan dan menjadi bestseller.
Kesehatannya mulai memburuk dan ia pun meninggal pada 21 September 1860
karena gagal jantung ketika duduk di bangku sekitar rumahnya.
Schopenhauer meninggal pada usia 72 tahun.
2. Kebijaksanaan dari Kematian dan Tragedi Perempuan.
Melalui nirwana individu meraih kedamaian
tanpa kehendak, dan menemukan pembebasan. Akan tetapi, setelah individu
merasa damai dan bebas, kemudian apa? Hidup membawa individu pada
kematian, tetapi hiduppun akan menghidupi anak cucu itu, atau anak cucu
individu-individu lain. Maka, dapatkah umat manusia diselamatkan? Adakah
nirwana untuk semua umat manusia atau untuk sebuah ras, disamping untuk
individu?
Jelas, bahwa
satu-satunya penaklukan akhir dan radikal atas kehendak adalah
menghentikan sumber kehidupan, yakni kehendak untuk reproduksi.
Kepuasaan yang timbul akibat dorongan reproduktif harus dikutuk karena
kepuasan seperti itu merupakan penegasan yang paling kuat atas nafsu
untuk hidup. Beranak pinak, dengan demikian, bisa disebut dengan
kejahatan!
Dan, yang
terutama melakukan kejahatan itu adalah perempuan. “karena, ketika
pengetahuan telah sampai pada tiadanya kehendak, pesona yang bodoh dari
perempuan yang menggoda lagi laki-laki untuk beranak pinak. Anak-anak
muda tidak cukup cerdas utnuk melihat betapa singkatnya pesona perempuan
tersebut, dan ketika akal sehat mulai berfungsi lagi, ia sudah lama
terperosok.
Oleh sebab itu, semakin kurang kita berhubungan dengan perempuan, semakin baiklah hidup kita. Hidup terasa lebih aman, lebih menyenangkan lebih halus tanpa perempuan. Biarkan para lelaki memahami jerat yang dipasang pada kecantikan perempuan, maka komedi absurd reproduksi (pasti) akan berakhir. Perkembangan intelegensi akan memperlemah kehendak untuk bereproduksi, dan dengan demikian suatu ras akan punah. Dan, dengan begitu, penderitaan hidup akan berakhir.
Oleh sebab itu, semakin kurang kita berhubungan dengan perempuan, semakin baiklah hidup kita. Hidup terasa lebih aman, lebih menyenangkan lebih halus tanpa perempuan. Biarkan para lelaki memahami jerat yang dipasang pada kecantikan perempuan, maka komedi absurd reproduksi (pasti) akan berakhir. Perkembangan intelegensi akan memperlemah kehendak untuk bereproduksi, dan dengan demikian suatu ras akan punah. Dan, dengan begitu, penderitaan hidup akan berakhir.
Schopenhauer
dapat mengatakan bahwa perempuan merupakan sumber kejahatan dikarenakan
ajarannya yang bersifat pesimis dan ia sendiri akhirnya tidak jadi
menikah dan hidup sendiri sampai akhir hayatnya sehingga ada kemungkinan
ia menganggap perempuan dengan cara yang negatif.
Menurut
Schopenhauer, dunia adalah kehendak dan tiada jalan yang menuju kepada
dunia di dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, hakikat dunia tidak
dapat didekati dari luar; sebab segala pendekatan dari luar hanya
memberi pengetahuan tentang apa yang tampak saja, tidak memberi
pengetahuan tentang hakikat dunia itu. Untuk mengetahui tentang hakikat
sebenarnya dari dunia ini, kita harus memasuki diri kita sendiri. Kalau
kita mampu menemukan hakikat jiwa kita sendiri, kita mungkin akan
mempunyai kunci untuk membuka pintu dunia luar.
- Kehendak Hidup
Keinginan
manusia yang sangat kuat dan didasari pada norma-norma yang ada, yang
dilakukan untuk mempertahankan hidupnya. Dalam hal ini kehendak manusia
tidak akan terlepas dari yang namanya intlektual, maksudnya bahwa setiap
kehendak dari manusia selalu didasarkan pada intlektual yang dimiliki
oleh individu tersebut. akan tetapi dalam hal ini intlek bisa letih, dan
kehendak selalu terjaga.
- Kehendak untuk Reproduksi
Musuh abadi
dari kehendak untuk hidup adalah kematian. Kehendak untuk hidup dapat
mengalahkan kematian dengan melakukan reproduksi. Setiap organisme
normal pada saat mencapai tingkat dewasa, segera mengorbankan dirinya
untuk menjalankan tugas reproduksi. Reproduksi adalah tujuan utama dan
naluri yang paling kuat dari setiap organisme, karena dengan cara itu
kehendak menaklukan kematian. Setiap orang mencari pasangan yang
kira-kira bakal menetralisir segala kekurangannya. Tujuan utama
perkawinan adalah perpanjangan spesies, dan bukannya kesenangan
individu.
Menurut
Schopenhauer setiap manusia mempunyai kehendak dimana terdiri dari dua
kehendak yaitu kehendak untuk hidup dan kehendak untuk bereproduksi.
Semua manusia ingin hidup dan semua manusia akan meninggal dunia
sehingga agar populasi manusia tidak punah maka diberikanlah kehendak
untuk bereproduksi. Arthur berpendapat menurutnya setiap manusia mencari
pasangan didasari untuk perpanjangan spesies dan bukan sepenuhnya
kesenangan individu.
Jika dunia adalah kehendak, maka dunia adalah penderitaan. Kehendak mengisyaratkan keinginan; keinginan selalu lebih besar dan lebih banyak daripada apa yang diperoleh. Akibatnya pemenuhan keinginan tidak pernah memuaskan, sehingga seringkali membawa ketidakbahagiaan daripada kebahagiaan. Karena tuntutan nafsu seringkali bertentangan dengan kesejahteraan pribadi kita dan membuatnya menjadi lemah. Kontradiksi merusak diri setiap individu, keinginan yang terpenuhi mengembangkan keinginan baru yang lebih besar, demikian seterusnya tanpa ada batasnya.
Gambaran menyeluruh tentang hidup sangatlah menyakitkan karena hidup adalah penderitaan. Bertambahnya pengetahuan bukan berarti bebas dari penderitaan, melainkan justru memperbesar penderitaan. Sejauh kehendak adalah faktor dominan dalam manusia, kesengsaraan dan perselisihan akan terus menerus ada, dan harus terus ada.
Kehendak
dianggap sebagai kejahatan bagi Schopenhauer dikarenakan apabila
kehendak tidak terpenuhi akan mendatangkan penderitaan dan akhirnya
kehilangan kebahagian.
Referensi :
1.https://id.wikipedia.org/wiki/Arthur_Schopenhauer
2. http://psychoexpo.blogspot.co.id/2010/05/kehendak-buta-filsafat-arthur.html
3.http://www.kompasiana.com/www.filsafatmanusia.com/filsafat-manusia-kehedak-buta-arthur-schopenhauer-1788-1868_55299b106ea8343925552d0c
Tidak ada komentar:
Posting Komentar