Minggu, 16 April 2017

Komentar Ajaran-Ajaran Filsafat Arthur Schopenhauer


1. Kehidupan Arthur Schopenhauer

Arthur Schopenhauer lahir pada 22 Februari 1788 di Danzig, Polandia. Kedua orang tuanya, Heinrich Floris Schopenhauer dan Johanna Schopenhauer, adalah keturunan orang kaya Jerman dan keluarga bangsawan. Arthur Schopenhauer tumbuh menjadi salah satu pesismis terbesar dalam sejarah filosofi karena Orangtuanya tidak memperhatikannya. Setelah kematian ayahnya yang bunuh diri, Arthur diwarisi kekayaan yang menjamin bahwa ia tidak perlu lagi bekerja. Lalu ia dikirim ke London untuk mempelajari bahasa Inggris di sekolah asrama Eagle House di Wimbledon.
Pada tahun 1809, Schopenhauer kuliah dan menjadi mahasiswa di Universitas Göttingen untuk mempelajari Metafisik dan Psikologi di bawah pengajaran Gottlob Ernst Schulze (1761-1833). Schulze mendorong Schopenhauer untuk mempelajari lebih dalam mengenai pemikiran Plato dan Immanuel Kant. Pada tahun 1811 sampai tahun 1812, dia mengikuti kuliah dari Johann Gottlieb Fichte, seorang filsuf terkemuka dan dari seorang teolog Friedrich Schleiermacher.
Pemikiran Schopenhauer banyak dipengaruhi oleh pandangan Buddha dan filsuf Imanuel Kant. Kekagumannya terhadap kedua tokoh tersebut sangat besar, sampai di ruang kerjanya dipasang patung kedua tokoh tersebut.
Di antara tahun 1814-1815 Schopenhauer pindah ke Dresden dan menulis beberapa tesis. Salah satu tulisan yang disebutnya sebagai mahakarya diselesaikan pada tahun 1818 adalah The World as Will and Representation. Sayangnya buku-buku Schopenhauer tidak laku terjual.
Tahun 1820 Schopenhauer memberikan kuliah filsafat mengenai teori esensi dunia dan pikiran manusia. Hanya lima orang yang mengikuti kuliahnya, sehingga akhirnya Schopenhauer dikeluarkan dari akademi tersebut.
Schopenhauer pernah menjalin hubungan dengan Caroline Medon selama 10 tahun, tapi Schopenhauer tidak pernah berminat untuk meresmikan hubungan itu. Belakangan saat usia 43 tahun, ia mulai memikirkan pernikahan dan mendekati Flora Weiss, namun tidak berhasil. Setelah kegagalan-kegagalan yang dialaminya, Schopenhauer memutuskan untuk pindah ke sebuah apartemen di Frankfurt pada tahun 1833.
Tahun 1851 Schopenhauer mencapai puncak ketenarannya setelah buku kumpulan esainya diterbitkan dan menjadi bestseller. Kesehatannya mulai memburuk dan ia pun meninggal pada 21 September 1860 karena gagal jantung ketika duduk di bangku sekitar rumahnya. Schopenhauer meninggal pada usia 72 tahun.

2. Kebijaksanaan dari Kematian dan Tragedi Perempuan.
Melalui nirwana individu meraih kedamaian tanpa kehendak, dan menemukan pembebasan. Akan tetapi, setelah individu merasa damai dan bebas, kemudian apa? Hidup membawa individu pada kematian, tetapi hiduppun akan menghidupi anak cucu itu, atau anak cucu individu-individu lain. Maka, dapatkah umat manusia diselamatkan? Adakah nirwana untuk semua umat manusia atau untuk sebuah ras, disamping untuk individu?
Jelas, bahwa satu-satunya penaklukan akhir dan radikal atas kehendak adalah menghentikan sumber kehidupan, yakni kehendak untuk reproduksi. Kepuasaan yang timbul akibat dorongan reproduktif harus dikutuk karena kepuasan seperti itu merupakan penegasan yang paling kuat atas nafsu untuk hidup. Beranak pinak, dengan demikian, bisa disebut dengan kejahatan!
Dan, yang terutama melakukan kejahatan itu adalah perempuan. “karena, ketika pengetahuan telah sampai pada tiadanya kehendak, pesona yang bodoh dari perempuan yang menggoda lagi laki-laki untuk beranak pinak. Anak-anak muda tidak cukup cerdas utnuk melihat betapa singkatnya pesona perempuan tersebut, dan ketika akal sehat mulai berfungsi lagi, ia sudah lama terperosok.
Oleh sebab itu, semakin kurang kita berhubungan dengan perempuan, semakin baiklah hidup kita. Hidup terasa lebih aman, lebih menyenangkan lebih halus tanpa perempuan. Biarkan para lelaki memahami jerat yang dipasang pada kecantikan perempuan, maka komedi absurd reproduksi (pasti) akan berakhir. Perkembangan intelegensi akan memperlemah kehendak untuk bereproduksi, dan dengan demikian suatu ras akan punah. Dan, dengan begitu, penderitaan hidup akan berakhir.
Schopenhauer dapat mengatakan bahwa perempuan merupakan sumber kejahatan dikarenakan ajarannya yang bersifat pesimis dan ia sendiri akhirnya tidak jadi menikah dan hidup sendiri sampai akhir hayatnya sehingga ada kemungkinan ia menganggap perempuan dengan cara yang negatif.
3. Kehendak Buta
Menurut Schopenhauer, dunia adalah kehendak dan tiada jalan yang menuju kepada dunia di dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, hakikat dunia tidak dapat didekati dari luar; sebab segala pendekatan dari luar hanya memberi pengetahuan tentang apa yang tampak saja, tidak memberi pengetahuan tentang hakikat dunia itu. Untuk mengetahui tentang hakikat sebenarnya dari dunia ini, kita harus memasuki diri kita sendiri. Kalau kita mampu menemukan hakikat jiwa kita sendiri, kita mungkin akan mempunyai kunci untuk membuka pintu dunia luar.
  1. Kehendak Hidup
Keinginan manusia yang sangat kuat dan didasari pada norma-norma yang ada, yang dilakukan untuk mempertahankan hidupnya. Dalam hal ini kehendak manusia tidak akan terlepas dari yang namanya intlektual, maksudnya bahwa setiap kehendak dari manusia selalu didasarkan pada intlektual yang dimiliki oleh individu tersebut. akan tetapi dalam hal ini intlek bisa letih, dan kehendak selalu terjaga.
  1. Kehendak untuk Reproduksi
Musuh abadi dari kehendak untuk hidup adalah kematian. Kehendak untuk hidup dapat mengalahkan kematian dengan melakukan reproduksi. Setiap organisme normal pada saat mencapai tingkat dewasa, segera mengorbankan dirinya untuk menjalankan tugas reproduksi. Reproduksi adalah tujuan utama dan naluri yang paling kuat dari setiap organisme, karena dengan cara itu kehendak menaklukan kematian. Setiap orang mencari pasangan yang kira-kira bakal menetralisir segala kekurangannya. Tujuan utama perkawinan adalah perpanjangan spesies, dan bukannya kesenangan individu.
Menurut Schopenhauer setiap manusia mempunyai kehendak dimana terdiri dari dua kehendak yaitu kehendak untuk hidup dan kehendak untuk bereproduksi. Semua manusia ingin hidup dan semua manusia akan meninggal dunia sehingga agar populasi manusia tidak punah maka diberikanlah kehendak untuk bereproduksi. Arthur berpendapat menurutnya setiap manusia mencari pasangan didasari untuk perpanjangan spesies dan bukan sepenuhnya kesenangan individu.
4. Kehendak Sebagai Kejahatan
Jika dunia adalah kehendak, maka dunia adalah penderitaan. Kehendak mengisyaratkan keinginan; keinginan selalu lebih besar dan lebih banyak daripada apa yang diperoleh. Akibatnya pemenuhan keinginan tidak pernah memuaskan, sehingga seringkali membawa ketidakbahagiaan daripada kebahagiaan. Karena tuntutan nafsu seringkali bertentangan dengan kesejahteraan pribadi kita dan membuatnya menjadi lemah. Kontradiksi merusak diri setiap individu, keinginan yang terpenuhi mengembangkan keinginan baru yang lebih besar, demikian seterusnya tanpa ada batasnya.
Gambaran menyeluruh tentang hidup sangatlah menyakitkan karena hidup adalah penderitaan. Bertambahnya pengetahuan bukan berarti bebas dari penderitaan, melainkan justru memperbesar penderitaan. Sejauh kehendak adalah faktor dominan dalam manusia, kesengsaraan dan perselisihan akan terus menerus ada, dan harus terus ada.
Kehendak dianggap sebagai kejahatan bagi Schopenhauer dikarenakan apabila kehendak tidak terpenuhi akan mendatangkan penderitaan dan akhirnya kehilangan kebahagian.


Referensi :
1.https://id.wikipedia.org/wiki/Arthur_Schopenhauer
2. http://psychoexpo.blogspot.co.id/2010/05/kehendak-buta-filsafat-arthur.html
3.http://www.kompasiana.com/www.filsafatmanusia.com/filsafat-manusia-kehedak-buta-arthur-schopenhauer-1788-1868_55299b106ea8343925552d0c

Kamis, 13 April 2017

Pokok-Pokok Pemikiran Rene Descrates

Pokok - Pokok Pemikiran Rene Descartes

Dialah Rene Descartes

Mari Kita Mengenal lebih dalam Filsuf yang terkenal dengan pokok pemikirannya "cogito ergo sum"


Dikenal sebagai Renatus Cartesius dalam literatur berbahasa Latin, merupakan seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la méthode(1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641).

Descartes, kadang dipanggil "Penemu Filsafat Modern" dan "Bapak Matematika Modern", adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18.


Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendakatan pemikirannya bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berfikir. Ini juga membuktikan keterbatasan manusia dalam berfikir dan mengakui sesuatu yang di luar kemampuan pemikiran manusia. Karena itu, ia membedakan "fikiran" dan "fisik". Pada akhirnya, kita mengakui keberadaan kita karena adanya alam fikir.
Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je suis. Keduanya artinya adalah:
"Aku berpikir maka aku ada". (IngI think, therefore I am) Atau, I think, therefore I exist.
Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai pencipta sistem koordinat Kartesius, yang memengaruhi perkembangankalkulus modern.  

Pokok pemikiran descartes menghasilkan karyanya antara lain yaitu :

I. Pengetahuan yang Pasti

Karya filsafat Descrates dapat dipahami dalam bingkai konteks pemikiran pada masanya, yakni adanya pertentangan antara scholasticism dengan keilmuan baru galilean-copernican. Atas dasar tersebut ia dengan misi filsafatnya berusaha mendapatkan pengetahuan yang tidak dapat diragukan. Metodenya ialah dengan meragukan semua pengetahuan yang ada, yang kemudian mengantarkannya pada kesimpulan bahwa pengetahuan yang ia kategorikan ke dalam tiga bagian dapat diragukan.
1.Pengetahuan yang berasal dari pengalaman inderawi dapat diragukan, semisal kita memasukkan kayu lurus ke dalam air maka akan tampak bengkok.
2.Fakta umum tentang dunia semisal api itu panas dan benda yang berat akan jatuh juga dapat diragukan. Descrates menyatakan bagaimana jika kita mengalami mimpi yang sama berkali-kali dan dari situ kita mendapatkan pengetahuan umum tersebut
3.Logika dan Matematika prinsip-prinsip logika dan matematika juga ia ragukan. Ia menyatakan bagaimana jika ada suatu makhluk yang berkuasa memasukkan ilusi dalam pikiran kita, dengan kata lain kita berada dalam suatu matriks.

II. Ontologi Tuhan dan Benda

Berangkat dari pembuktiannya bahwa pikiran itu eksis, filsafatnya membuktikan bahwa Tuhan ada dan kemudian membuktikan bahwa benda material ada.
Descrates mendasarkan akan adanya Tuhan pada prinsip bahwa sebab harus lebih besar, sempurna, baik dari akibat. Dalam pikiran Descrates ia memiliki suatu gagasan tentang Tuhan adalah suatu makhluk sempurna yang tak terhingga. Gagasan tersebut tidak mungkin muncul/disebabkan oleh pengalaman dan pikiran diri sendiri, karena kedua hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak sempurna dan dapat diragukan sehingga tidak memenuhi prinsip sebab lebih sempurna dari akibat. Gagasan tentang Tuhan yang ada dalam kepala (sebagai akibat) hanya bisa disebabkan oleh sebuah makhluk sempurna yang menaruhnya dalam pikiran saya, yakni Tuhan.

III. Metafisika

Bagi Rene Descrates, realitas terdiri dari tiga hal. Yakni benda material yang terbatas (objek-objek fisik seperti meja, kursi, tubuh manusia, dan sebagainya), benda mental-nonmaterial yang terbatas (pikiran dan jiwa manusia), serta benda mental yang tak terbatas (Tuhan).
Ia juga membedakan antara pikiran manusia dan tubuh fisik manusia. Pembagian ini juga mengantarkannya pada pembagian keilmuan. Realitas material sebagai ranah bagi keilmuan baru yang dibawa Galileo dan Copernicus, realitas mental bagi keilmuan dalam bidang agama, etika, dan sejenisnya.
Namun, dualismenya ini juga yang kerap kali menjadi kritikan bagi berbagai filsuf lainnya seperti Barkley misalnya. Problem utama dari dualisme tersebut ialah bagaimana pikiran dan tubuh berinteraksi satu sama lainnya. serta terjebak dalam pilihan ekstrem, baginya benda hidup selain manusia (contoh:hewan) tidak memiliki pikiran dan jiwa, sehingga hanya dipandang sebagai bentuk material sama halnya seperti mesin.
Refrensi : https://id.wikipedia.org/wiki/Ren%C3%A9_Descartes